Berita & Update

Berbagai informasi mengenai kegiatan perusahaan dan keadaan hasil pertanian global

DPR Panggil Mentan, Bahas Dampak COVID-19 Pada Petani

Jakarta – Komisi IV DPR RI siang ini menggelar rapat kerja (raker) dengan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo untuk membahas pemulihan ekonomi pada petani yang terdampak virus Corona (COVID-19).

Selain membahas hal tersebut, Syahrul juga akan memaparkan perkembangan program strategis Kementan untuk meningkatkan produksi pertanian.

Rapat siang ini dibuka oleh Ketua Komisi IV DPR RI Sudin dari fraksi PDIP. Rapat diagendakan pukul 10.00 WIB, namun baru mulai pukul 10.30 WIB. Dalam rapat siang ini, Syahrul hadir beserta jajaran eselon I Kementan.

Dalam membuka rapat, Sudin meminta kepada Syahrul untuk mendorong bantuan benih kepada petani demi meningkatkan produktivitas nasional.

Terkait ketahanan pangan diperlukan peningkatan produksi yang maksimal. Oleh karena itu, sebelum berpikir mengenai ekspor fokus terlebih dahulu kepada upaya peningkatan produktivitas sembako. Dengan demikian optimalisasi produksi pangan menjadi sangatlah penting. Karena hanya dengan meningkatkan produksi nasional, maka ketahanan pangan kita menjadi kuat.

“Dukungan kementerian untuk mendapatkan bibit benih unggul sangatlah diharapkan. Komisi IV berharap fungsi strategis Badan Litbang Pertanian benar-benar terlaksana dengan baik. Kita mendengar banyak sekali hasil temuan benih Balitbangtan, namun produksi tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh petani,” kata Sudin di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (7/7/2020).

Menurut Sudin, melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), seharusnya Kementan bisa melakukan inovasi bibit-bibit pertanian yang bisa mendongkrak produktivitas.

“Hendaknya penelitian yang dilakukan Balitbangtan berorientasi pada kebutuhan petani dan pengguna lainnya, bukan pada agenda kredit,” tutur Sudin.

Sayangnya, menurut Sudin inovasi itu tak terlihat. Misalnya saya bibit Inbrida Padi Sawah Irigasi (Inpari) yang sejak zaman Orde Baru hingga saat ini tak ada inovasinya.

“Karena kita lihat Dirjen Tanaman Pangan masih membeli bibit benih dari pengusaha. Kenapa tidak diperbanyak oleh Litbang?” ujarnya.

“Setahu saya Inpari itu dari zaman Orde Baru sudah ada. Kenapa sekarang zaman reformasi tidak ada pembaharuan sama sekali. Tidak ada inovasi lagi. Ini yang menjadi catatan paling penting,” sambung dia.

Berita & Update Lainnya